mithamithun
Kamis, 12 Maret 2015
Wedding Preparation (Gedung)
Jumat, 30 Juli 2010
untitled
Kadang langit pun bisa kelam walaupun mentari tetap bersinar..
begitu juga hatiku tak selamanya bisa tetap mencoba ceria..
kadang hatiku pun merasakan sakit, perih dikala kenyataan tak sesuai dengan apa yang dibayangkan...
tapi tak selamanya 2 hati yang saling menyayangi itu harus saling memiliki..
Tak selamanya 2 hati yang saling mengasihi harus terikat oleh sebuah hubungan ...
Karena belum tentu jika bersama, kebahagiaan itu akan terwujud..
Dan lebih baik melihatnya bahagia bersama yang lain dibanding melihatnya menderita bersamaku..
Minggu, 20 Juni 2010
Hanya memperhatikan
Ternyata tidak mudah untuk membangun sebuah keluarga karena pada dasarnya keluarga terbentuk dari sepasang muda-mudi yang kemudian mempertemukan dua kepribadian berbeda dan menyatukan dua keluarga berbeda...
Setidaknya itu yang aku lihat dan perhatikan selama beberapa tahun terakhir..Perlu ada toleransi besar dalam dua keluarga ini apabila tidak ingin timbul "rasa iri" antar keluarga. Sebagai anak pun rasanya perlu menjaga apapun agar "rasa" itu tidak timbul..
Wah, ternyata harus pinter-pinter ngatur suasana kalau mau jadi calon istri yang baik..gak hanya mengurus keluarga inti aja tapi gimana caranya menyatukan dua keluarga itu aga tercipta kenyamanan dan keharmonisan...
Selasa, 08 Juni 2010
Sosialisasi Peran Gender Melalui Aktifitas Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan yang bisa dilakukan oleh semua usia mulai dari anak-anak hingga dewasa. Bermain juga mengharuskan kita untuk berinteraksi dengan orang lain (teman). Bermain pada masa anak-anak hingga dewasa tentu saja memiliki perbedaan. Bermain dalam kelompok berjenis kelamin sama meningkat pada usia 4-6 tahun (Maccoby & Jacklyn, 1987). Jenis permainannya pretend play (bermain pura-pura) dengan menekankan unsur non literality dimana realitas internal dari sebuah benda yang diutamakan daripada realitas eksternal. Menurut Ann Coley (1996) anak perempuan lebih menyenangi permainan boneka dan nonkompetisi fisik juga permainan yang melibatkan fantasi dan pretend games.
Fakta bahwa ibu lebih banyak berpartisipasi dalam pretend play (Haight, Parke & Black , 1997) daripada ayah dan bahwa orangtua lebih banyak terlibat dalam aktifitas pretend play anak perempuan dapat menyebabkan anak menghubungkan pretend play pada peran gender perempuan. Sedangkan aktifitas bermain fisik yang lebih banyak melibatkan ayah dan anak laki-laki (Haight, Parke & Black, 1997) membuat anak menghubungkan kegiatan bermain fisik dengan peran gender maskulin.
Perbedaan jenis permainan anak laki-laki dan perempuan dengan orangtuanya menunjukkan bahwa bentuk permainan anak dipengaruhi oleh hasil sosialisasi yang dilakukan oleh orang di sekitarnya, terutama orangtua (Lindsey&Mize, 2001). Orang tua & keluarga adalah agen pertama yang membentuk perilaku gender-differentiated. Orangtua lebih mendukung anak perempuannya untuk terlibat dalam bermain pura-pura dan anak laki-laki terlibat dalam bermain fisik sehingga menguatkan preferensi permainan gender-typed pada anak-anak mereka. Hasil penelitian Lindsey&Mize (2001) menyatakan bahwa ibu dan ayah lebih banyak terlibat pada pretend play sebagai teman bermain anak perempuan daripada anak laki-lakinya. keterlibatan ibu dalam permainan anak laki-lakinya juga lebih sedikit. Hal ini dikarenakan bahwa interaksi antara gender dan konteks yang mempengaruhi pola perilaku ibu, ibu menganggap bahwa pretend play (bermain pura-pura) lebih cocok untuk anak perempuan daripada anak laki-laki.
Sabtu, 29 Mei 2010
Copycat sebagai Bentuk Konformitas yang dapat Menghilangkan Identitas Personal
Pada usia remaja, disaat mencari identitas diri akan cenderung untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman se-gang atau seseorang yang dikagumi. Meniru penampilan hingga tingkah laku dan pribadi orang yang ditiru. Hal ini merupakan hal yang wajar, tetapi menjadi kebablasan ketika akhirnya karakter dan ciri diri sendiri menjadi hilang, bisa jadi akan dicap copycat. Fenomena ini seringkali terjadi ketika seorang remaja masuk ke dalam suatu kelompok di mana ia merasa harus menyesuaikan diri agar dapat diterima sebagai anggota kelompok itu.
Copycat atau dalam sosiologi disebut identifikasi, yaitu upaya yang dilakukan seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan orang yang ditirunya baik dari segi gaya hidup maupun perilakunya (…,…). Banyak alasan mengapa seseorang menjadi copycat, misalnya karena dia over kagum dengan kelompoknya, krisis jati diri, kurang perhatian keluarga sehingga membutuhkan role model serta rasa takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Copycat ini mungkin saja bisa menjadi bentuk konformitas yang membuat kelompok terlihat kompak namun jika berlebihan akan menghilangkan identitas personalnya.
Menurut Herbert Kelman, seorang Psikolog dari Harvard University, identifikasi merupakan salah satu bentuk dari konformitas. Di dalam konformitas ada suatu “tekanan” yang dinyatakan secara eksplisit dan implisit dari lingkungan sekitar yang memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan kelompok. Tekanan untuk melakukan konformasi sangat kuat, sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai personalnya (Baron, Byrne, dan Branscombe, 2008).
Dalam hierarki kebutuhan Maslow, salah satu kebutuhan utama manusia adalah dihargai dan diperhatikan oleh orang lain (sense of belongingness). Pada umumnya, copycat merupakan cara seseorang agar merasa lebih diterima oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sama dengan orang yang dianggap sebagai panutan. Seorang yang dicap sebagai copycat memiliki motif untuk disukai oleh orang lain (normative social influence). Mereka merasa diakui apabila bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompok. Ada kebutuhan kuat dalam diri manusia untuk bertindak benar atau tepat sehingga bisa diterima dan disukai oleh orang lain.
Konformitas semacam ini baik untuk meningkatkan kohesivitas kelompok dan mengurangi kesalahpahaman karena perbedaan. Namun, jangan sampai identitas personal pun hilang. Copycat akan cenderung mengarahkan tingkah lakunya dengan kelompok agar menjadi kompak dan diterima dalam kelompok. Keunikan yang hilang menjadikan individu hidup dalam bayang-bayang orang lain. Menjadi copycat dianggap menjadi jalan terbaik untuk menghindari agitation related emotions karena yang muncul dalam individu saat itu adalah ought self yang memiliki ketakutan akan penolakan secara sosial.
Kamis, 27 Mei 2010
20 years old
ulangtahun kali ini dapet 2 kali 'surprise' dan 2 kali tiup lilin..makasih buat semua usaha kejutannya..terharu..sayang kalian...
pendidikan seks untuk remaja (pria) di Lembaga Pemasyarakatan (LP)
Mereka sangat antusias ketika diberikan sex education yang bertema love, sex and dating. Terutama ketika disajikan materi seks dengan berbagai video yang memancing mereka untuk tidak beranjak dari tempat duduknya. Seks itu sendiri tidak hanya mempunyai makna cinta, tetapi mempunyai banyak makna (reproduksi, memperoleh pengalaman/tantangan, rekreasi, membuktikan ‘kejantanan’, dsb). Namun bagaimanapun juga, kita tidak dapat sembarangan melakukan hubungan seks, mengingat bahaya/hal-hal buruk yang mungkin kita alami apabila kita melakukannya tanpa pikir panjang.
Pengetahuan mereka mengenai alat kontrasepsi (kondom) dan kegunaannya hanya sebatas untuk mencegah kehamilan padahal alat kontrasepsi itu juga menjadi pencegah dalam penularan penyakit seksual yang berbahaya. Sementara itu, pengetahuan mengenai cinta dan perilaku seksual perlu diberikan dengan cara sex education yang menarik disertai dengan video-video yang relevan dan membuat mereka memperhatikan materi yang diberikan dan ‘menangkap’ pesan yang disampaikan. Jangan sampai mereka menganggap bahwa hubungan seksual pranikah disalahartikan yakni dibolehkan asalkan menggunakan alat kontrasepsi sementara tidak melakukannya sampai menikah menjadi hal yang tidak perlu lagi dilakukan selama tidak menyebabkan kehamilan dan penyakit menular seksual.
Sebaiknya, pendidikan mengenai pelecehan seksual baik sebagai pelaku maupun korban juga diberikan dalam materi sex education. Mengenai apa saja dan bagaimana pelecehan seksual terjadi berikut pencegahannya. Saat ini, banyak kasus pelecehan seksual yang dialami baik olehanak-anak maupun remaja dan kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa telah menjadi korban pelecehan seksual dan kalau pun tahu, mereka takut untuk mengadukaanya karenadiancam oleh pelaku. Maka dari itu, diperlukan pengetahuan mengenai tempat pengaduanmasalah itu dan pencegahan pengalaman traumatisnya.